Kamis, 09 April 2015

Sepenggal kisah hari-hari akhir Sayyidil Waalid Abbas Alawi al-maliky Ghafarallahu lahu

Sepenggal kisah hari-hari akhir Sayyidil Waalid Abbas Alawi al-maliky Ghafarallahu lahu.
●●●
Isyarat itu telah di berikan kepada kita para santri seminggu yg lalu, bahkan dari setengah tahun yg lalu, tepatnya sesaat setelah Abuya dari  india, Abuya menyampaikan kepada putra-putra tercintanya bahwa umur beliau tidak akan genap di tahun ini. [Sayyid Ashim]

●●●●
Seminggu sebelum meninggalnya Abuya, kembali isyarat itu di berikan kami, dalam satu majlis beliau melantunkan Syair tentang telah habisnya masa hidup seorang hamba, dan tentang bagaimana keadaan seorang hamba mengahadapi pertanyaan munkar-nakir.
Akan tetapi kami tetap saja tidak menyadarinya, dan isyarat-isyarat yg lain yg mungkin telah banyak di berikan kepada kami tanpa kami sadari karena memang sampai malam selasa 25/6/1436 H, dimana Abuya di panggil-Nya keadaanya masih kuat dan terlihat sehat.

●●●
Di hari senin 24/6/1436 H, pagi jam 11:00 WKSA, Abuya masih membacakan kepada kami tafsir jalalain. Tidak seperti biasanya, pengajian tafsir kami yang biasanya kami yang di suruh membaca dulu, dan hanya membaca lima atau enam ayat, hari itu abuya membaca sendiri satu lembar penuh surat annur, hingga akhirnya surat Annur selesai di pagi itu juga.
Kemudian di akhir dars beliau berkata "mungkin besok saya akan menghentikan dars dulu, dan kalian bacalah shahih bukhori, dan insya Allah akan di temani salah satu ustadz, kalaupun masih ada umur, nanti saya juga akan hadir bersama kalian", dan kami hanya tersenyum karena kami pikir abuya akan memberikan kami ijazah/hari libur sementara. Ternyata itu adalah pesan-pesan terakhir buat kami.

●●●
Sehabis jamaah maghrib di malam selesa 25/6/1436 H, Abuya masih duduk bersama putra-putra tercinta dan masih terlihat membahas sebuah sanad dengan Ustadz Khalid Turkistany, pengampu Hadist kami.
Siapa yang menyangka jika itu adalah mujalasah terakhir Abuya bersama putra-putranya.

●●●
Dari salah satu putra Abuya, Habib Said Alhasany, beliau bercerita,  setelah naik ke ndalem/kediaman, kebiasaan Abuya saat minum teh akan memutar madzh-madzh/puji-pujian kepada Rasulullah yang di bawakan Ummu kultsum, akan tetapi aneh, malam itu Abuya tidak minum teh dan memutar ummu kultsum, akan tetapi Abuya hanya diam dan berdzikir. Suasana menjadi hikmat sepi, tidak seperti biasanya yang terdengar alunan Madzh dari sarit/kaset yg di putar beliau.
Keanehan berlanjut, saat Abuya yg selalu membawa kunci kamarnya tiba-tiba membiarkan kunci tersebut tergeletak di meja. Setelah di ingatkan akan kuncinya Abuya tetap menolak membawanya "biarkan saja di situ". Bahkan setelah di ambilkan, Abuya kembali menaruh kuncinya kemeja. [Habib Said dari ummi]

●●●
Keanehan sikap abuya semakin jelas, saat beliau merebahkan tubuh hendak istirahat, beliau yang setiap malam biasa di pijitin sebelum istirahat, malam itu sama sekali tidak mau di sentuh, Abuya terus berdzikir seperti di ruang tamu tadi. Tidak biasanya malam itu tiba-tiba Abuya minta mandi, setelah mandi Abuya meminta di ambilkan pakaian yg masih baru untuk istirahat. [Ummi]

●●●
Suasana malam menjadi hening. Sepertinya Abuya memang sedang tidak mau di temani.
Akan tetapi baru beberapa saat istirahat, Abuya minta di panggilkan Sayyid Ashim alhasany, putra laki-laki tertua. Sayyid Ashim di telfon oleh abuya, beliau kaget karena biasanya saat tidur beliau tidak akan menghiraukan panggilan masuk, dan lebih sering men-silent hpnya, tapi aneh, saat itu hp sudah di silent akan tetapi karena kehendak Allah beliau terbangun dari nada getar hp beliau. Dari seberang terdengar abuya memanggil.
Sayyid Ashim langsung bergegas menuju ke rumah abuya, dan melihat Abuya sudah dalam keadaan sesak. Mendapati keadaan Abuya yang demikian Sayyid Ashim sangat kebingungan, dalam keadaan itu Abuya menyampaikan pesan kepada beliau "ana abhga amuut ya Ashim" (aku akan mati ya Ashim)" kemudian dua kalimat syahadat terucap dari mulut Abuya, dan langsung tidak sadarakan diri. [Sayyid Ashim]

●●●
Dalam kebingungan itu semua putra-putra di bangunkan, kemudian Habib Said turun mencari bantuan para santri untuk segera menurunkan Abuya dengan menggunakan kursi roda.
Kurang lebih sekitar jam 02:00 dini hari, para santri kebingungan dan saling bertanya,
"apa yang terjadi?"
"Siapa yang sakit?"
"Apakah ada anak yang jatuh sakit?"
Kami kebingungan, dalam kebingungan yang mencekam itu tiba-tiba dari Lift muncul rombongan anak-anak yang telah naik terlebih dahulu untuk menurunkan Abuya. suasana semakin mencekam, kami semua menahan nafas.
"Ya Allah... Abuya kenapa??
"Abuya kenapa..??"
Kami sangat panik.

●●●
Kami yang di tinggal di markaz, hanya bisa pasrah, persendian seakan tak bisa menopang tubuh kami lagi. Saat itu, dengan di imami roiz markaz, kami bermunajat, kami bersujud memohon kesembuhan Abuya.

●●●
Di musytasfa Abuya di berikan pertolongan menggunakan ij'aj qolb (kejut jantung) untuk menyadarkan kembali, ketika detak jantung terdeteksi 20% pada layar pendeteksi, Abuya tersadar lagi, dan kembali mengucap dua kalimah syahadat sebanyak tigakali, kemudian menutup mata dan meninggalkan kami untuk selama-lamanya. menghadap Rabb dan menemui kekasih yang selalu di pujanya Rasulullah shalallahu alaihi wasalllam.
Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. 1436/6/25 H.
[Ustadz Ghazaly dari Sayyid Ashim].

●●●
Selamat jalan Guru mulia pembimbing jiwa, penuntun adab, penunjuk jalan yang di ridloi.
Kami bersaksi bahwa seumur hidupmu engkau habiskan untuk memuja-muji kekasihmu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. kami bersaksi bahwa engkau adalah minasshàlihìn wa ahlul wafa'.
Kami akan selalu merindukanmu wahai murabbi ruhi.
Kami yakin, cintamu kekal abadi bersama kami.
Terimakasih atas segala yang telah engkau curahkan kepada kami.

جزاكم الله خير الجزاء..
اللهم اغفرله وارحمه وعافيه واعف عنه واغفر لنا وله وأسكنه في فسيح جنتك مع الصدقين والشهداء والصالحين. آمين